Apa itu Tezos – Panduan Lengkap untuk Pemula
Dilihat dari segi peluncurannya, tidak banyak koin kripto yang berhasil menarik perhatian seperti halnya Tezos. Berdasarkan penjelasan resmi yang diberikan Tezos melalui websitenya, Tezos didefinisikan sebagai “sistem blockchain ter-desentralisasi yang dapat melakukan upgrade sendiri melalui sistem voting oleh pemilik koin dan memfasilitasi proses verifikasi formal pada kode smart contract-nya, yaitu sebuah teknik yang bekerja secara matematis dalam menentukan keabsahan kode transaksi untuk meningkatkan tingkat keamanan smart contract yang bersifat sensitif.
Dengan kata lain, Tezos adalah sebuah jaringan blockchain yang dihubungkan dengan token digital bernama Tez atau Tezzie (XTZ). Tidak seperti koin kripto lainnya, Tezos tidak menggunakan sistem penambangan untuk token XTZ. Pihak Tezos memilih untuk memberikan reward kepada pemilik token yang turut serta dalam mekanisme konsensus liquid proof of stake.
Tim Pengembang Tezos
Tezos adalah mata uang digital yang diciptakan oleh Arthur Breitman yang mempelajari ilmu matematika, ilmu komputer, dan ilmu fisika di Perancis sebelum akhirnya pindah ke Amerika Serikat. Istri dari Arthur Breitman, Kathleen Breitman yang pernah bekerja di perusahaan R3, sebuah perusahaan software yang berfokus pada teknologi distribusi database, turut berkontribusi pada proyek pengembangan Tezos.
Kedua pendiri tersebut telah mulai mengembangkan Tezos sejak tahun 2014 bersama dengan beberapa anggota tim inti. Perusahaan pengembang Tezos diberi nama DLS (Dynamic Ledger Solution) dengan markas pusat di Swiss. Perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan bernama Tezos Foundation yang bertugas untuk mengumpulkan dana yang berhasil didapatkan dalam proses ICO.
Tujuan Penciptaan Tezos
Pada bulan Agustus tahun 2014, Arthur Breitman mempublikasikan 2 buah jurnal, dimana didalamnya beliau meramalkan tentang kemunduran Bitcoin serta akan adanya produksi token secara besar-besaran. Untuk mengatasi masalah ini, Arthur menawarkan sebuah solusi Blockchain yang mampu memperbaiki dirinya sendiri, yang diberi nama Tezos.
Dalam jurnal kedua, Arthur mengatakan bahwa upaya untuk mencegah perpecahan cryptocurrency dengan meluncurkan mata uang kripto baru adalah sebuah ironi. Namun, dirinya juga menegaskan bahwa tujuan utama Tezos adalah untuk menjadi mata uang kripto terakhir di dunia.
Cara Kerja Tezos Blockchain
Untuk bisa memahami cara kerja Tezos blockchain, ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu. Tezos menggunakan sebuah middleware agonistic yang diberi nama “network shell”.
Dalam sistem blockchain pada umumnya, terdapat 3 lapisan atau layers yaitu:
- Network protocol
Lapisan ini merupakan protokol yang bertanggung jawab untuk mendengarkan dan menyebarkan kabar ke seluruh nodes
- Transaction protocol
Lapisan ini merupakan protokol transaksi yang mengatur sistem akuntansi yang dipergunakan dalam blockchain
- Consensus protocol
Lapisan protokol ini akan membantu sistem blockhain dalam membangun kesepahaman perihal transaksi yang terjadi.
Dalam sistem Tezos, dua protokol terakhir (transaction dan consensus) digabungkan menjadi satu dan diberi nama Blockchain Protocol. Fungsi network shell yang telah disebutkan sebelumnya adalah untuk membantu proses komunikasi antara network protocol dan blockchain protocol. Network shell ini bersifat agnostic terhadap transaction protocol dan consensus protocol.
Keunggulan dan Kekurangan Tezos dibandingkan Blockchain Lain
Dari sekian banyak cryptocurrency dan sistem blockchain yang lain, Tezos paling sering dibandingkan dengan Ethereum, karena keduanya sama-sama menggunakan smart contract atau kontrak pintar. Namun, Tezos membawa konsep smart contract ini selangkah lebih maju dan hal inilah yang membuatnya lebih unggul dari yang lain.
Keunggulan-keunggulan Tezos hadir dalam bentuk:
- Verifikasi formal
Tezos menggunakan bahasa pemrograman Michelson pada smart contract yang digunakan, yaitu sebuah bahasa program fungsional yang menfasilitasi verfikasi formal. Dengan ini, pihak developer dapat memverifikasi kode smart contract mereka secara matematis di dalam sistem yang ada. Keberadaan fitur verifikasi formal seperti ini diharapkan mampu menghindari terjadinya kesalahan bug pada developer, seperti yang pernah terjadi pada Ethereum yang kehilangan 150 juta dolar akibat hack DAO.
- Komunitas
Proses perubahan ataupun upgrade yang dilakukan di Ethereum dan Bitcoin dapat dilakukan oleh para miner (penambang). Hal ini membuat para miner ini dapat mengendalikan platform dan mengambil keputusan yang tidak disepakati oleh banyak pihak. Model seperti ini rawan akan perpecahan antara komunitas dengan developer itu sendiri, contohnya saja perpecahan antara komunitas Ethereum dan Ethereum klasik.
Sistem konsensus dan pengambilan keputusan yang diterapkan oleh Tezos diharapkan mampu mencegah terjadinya perpecahan tersebut. Setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang telah disetujui bersama untuk meminimalisir terjadinya konflik.
- Konsensus
Tezos menggunakan Liquid Proof of Stake yang terbilang lebih efektif daripada sistem Liquid Proof of Work yang dipergunakan oleh Ethereum.
Sistem Liquid Proof of Stake berarti proses verifikasi blok dilakukan oleh pemilik koin dan dapat didelegasikan kepada penyedia delegate yang telah dipilih oleh pemilik koin tadi. Sementara sistem Liquid Proof of Work berarti proses verifikasi blok dilakukan oleh para miner melalui komputer mereka. Semakin besar jumlah Ethereum yang dipergunakan maka akan semakin besar listrik yang harus dipergunakan oleh perangkan para miner, dan hal ini terbilang cukup memberatkan.
Sistem liquid proof of stake dari Tezos lebih nyaman dan jauh lebih efektif tanpa harus mengeluarkan terlalu banyak sumber daya karena semuanya berjalan secara virtual. Sistem ini tidak membutuhkan mining hardware ataupun daya listrik dalam jumlah besar. Proses untuk melakukan validasi dalam liquid proof of stake disebut dengan istilah baking dan bukan mining.
- Sistem pengambilan keputusan
Sistem pengambilan keputusan yang dipergunakan oleh Tezos berbeda dengan sistem yang dipergunakan oleh Bitcoin dan Ethereum. Kedua mata uang kripto tersebut memperbolehkan para miner untuk melakukan perubahan dan pembaharuan. Bila ada pool yang tidak setuju, maka akan terjadi harfork. Hasilnya adalah kemunculan Ethereum klasik, Ether Gold, Ether Zero, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan Tezos dimana proses pengambilan keputusan ataupun pengubahan protokol dilakukan secara voting oleh para pemilik koin. Setiap keputusan mendapatkan persetujuan dari mayoritas pemilik koin dan nantinya akan meminimalisir terjadinya hardfork.
Di sisi lain, ada beberapa kekurangan Tezos yang juga perlu diketahui:
- Perpecahan yang terjadi setelah ICO antara Tezos Foundation dan DLS. Tezos Foundation yang bertugas untuk mengatur dana yang didapatkan dari proses ICO tidak bersedia untuk melepaskan dana tersebut untuk pengembangan sistem blockchain lebih lanjut.
- Keterlambatan dalam penyaluran token
Perpecahan internal antara Tezos Foundation dan DLS membuat token Tezos mengalami keterlambatan dalam proses penyalurannya. Berbulan-bulan setelah ICO, para investor belum menerima token dan hal ini menjadi sebuah masalah tersendiri.
- Tuntutan hukum
Konflik internal yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penyaluran token mendapat perhatian dari Securities and Exchange Commision (SEC) di Amerika Serikat. Tezos kemudian menjadi target dari beberapa tuntutan hukum dan mendorong untuk dilakukannya proses investigasi secara mendalam.
Sistem yang dimiliki oleh Tezos terlihat sempurna di atas kertas dan bisa jadi akan menggantikan posisi Ethereum di masa yang akan datang. Namun, dengan adanya berbagai permasalahan yang dihadapi, pihak developer Tezos masih membutuhkan waktu untuk mencapai hal tersebut.